PASANG
SURUT DAN ORGANISME LAUT
A.
Pengertian Pasang Surut
Air Laut
Pasang surut
laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi, dan bulan.
Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau
ukurannya lebih kecil. Pasang surut laut adalah gelombang yang dibangkitkan
oleh adanya interaksi antara bumi, matahari, dan bulan. Puncak gelombang
disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan
vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut
(tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah
gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut
bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Pasang surut air laut
dibedakan menjadi dua :
1. Pasang
Laut Purnama (spring tide)
Pasang
laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari. Pada saat
itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang
rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
2.
Pasang Laut Perbani
(neap tide)
Pasang laut
perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan di
hasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut
perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperemat.
B. Teori
dan Faktor Penyebab Pasan Surut
1)
Teori kesetimbangan
(Equilibrium Theory)
Diperkenalkan
pertama kali oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan
sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh
permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan.
Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya
permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut dilakukan
dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem
bumi-bulan dan sistem bumi-matahari.
Pada teori
kesetimbangan, bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang
sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang
surut atau GPP (Tide Generating Force)
yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya tarik menarik dan gaya sentrifugal.
Teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan dan
matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi dan air rendah
pada dua lokasi (Gross, 1987).
2)
Teori Dinamik
(Dynamical Theory)
Pond dan Pickard
(1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan
menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya tarik-gaya tarik
periodik dapat membangkitkan gelombang
dengan periode sesuai dengan konstituen-konstituennya. Gelombang pasut yang
terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi
bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori
ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sfat pasut dapat diketahui
secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan
gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit
pasut. Karena terbentuknya gelombang , maka terdapat faktor lain yang perlu
diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah
:
a. Kedalaman
perairan dan luas perairan
b. Pengaruh
rotasi bumi (gaya Coriolis)
c. Gesekan
dasar
C. Tipe-tipe
Pasang Surut
Tipe
pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit
pasang surut.
Menurut Romimohtarto dan Junawa (2007),
dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dibagi
menjadi 4 yaitu :
1. Pasut
semi diurnal atau pasut harian ganda
/ semi diurnal tide (dua kali pasang dan dua kali
surut dalam 24 jam). Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
Misalnya di perairan Selat Malaysia.
2. Pasut
campuran condong harian ganda (mixed
tide prevailing semi diurnal) merupakan pasut yang
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu
yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan jawa dan Indonesia Bagian Timur.
3. Pasang
surut harian tunggal (diurnal tide). Dalam satu hari terjadi satu kali air
pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24
menit. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat
Karimata, antara Sumatra dan Kalimantan.
4. Pasang
surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal). Pada tipe ini dalam
satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi
kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Contohnya terdapat di pantai
selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Daerah paling
atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting
dan burung pantai.
Daerah tengah
pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh
ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput erbivora dan
karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai
terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam
invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Komunitas
tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan
sebagai berikut :
1.
Formasi pes caprae
Dinamakan
demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah yang tahan
terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal.
Tumbuhan lainnya adalah Spinifex
littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat
lagi ditumbuhi Crinum asiaticum
(bakung), Pandanus tectorius (pandan),
dan Scaeuola fruescens (babakoan).
2.
Formasi baringtonia
Daerah ini
didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia,
Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka
kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan
adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi
untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari
pasang surut gelombang.
Yang termasuk tumbuhan dihutan bakau antara
lainNypa, Acathus, Rhizopora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak
terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah Heriticra, Lumnitzera, Acgicras,
dan Cylocarpus.
D. Pengaruh
Pasang Surut terhadap Organisme
1. Biota
pada Zona Intertidal
Menurut
Prajitno, 2009. Biota pada ekosistem pantai berbatu adalah salah satu daerah
ekologi yang paling familiar, habitat, habitat, dan interaksinya sudah
diketahui oleh ilmuwan. Fauna pada pantai berbatu berkarakteristik dominan pada
binatang air tawar.
Pantai yang
terdiri dari batu-batuan (rocky shore) merupakan tempat yang sangat baik bagi
hewan-hewan atau tumbuhan-tumbuhan yang dapat menempelkan diri pada lapisan
ini. Golongan ini termasuk banyak jenis gastropoda, moluska, dan
tumbuh-tumbuhan yang berukuran besar. Dua spesies Uttorina undulata dan Tectarius malaccensis, tinggal dan hidup
di bagian batas atas dari pantai di bawahnya berturut-turut ditempati oleh
jenis spesies lain Monodonta labio
dan Nerita undata. Kemudian oleh Cerithium morus dan Turbo intercostalis. Akhirnya pada batas yang paling bawah terdapat
lambis-lambis dan Trochus gibberula
(Hutabarat, 2008).
2. Pola
Adaptasi Organisme Intertidal
Bentuk
adaptasinya adalah mencakup adaptasi struktural, adaptasi fisiologi, dan
adaptasi tingkah laku. Adaptasi struktual merupakan cara hidup untuk
menyesuaikan dirinya dengan mengembangkan struktur tubuh atau alat-alat tubuh
ke arah yang lebih sesuai dengan keadaan lingkungan hidup. Adaptasi fisiologi
adalah cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
penyesuaian proses-proses fisiologis dalam tubuhnya.
Adaptasi tingkah
laku adalah respon-respon hewanterhadap kondisi lingkungan dalam bentuk
perubahan tingkah laku. Organisme intertidal memiliki kemampuan untuk
beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang dapat berubah secara signifikan.
Pola tersebut meliputi :
a) Daya
Tahan terhadap Kehilangan Air
Organisme laut
berpindah dari air ke udara terbuka, mereka mulai kehilangan air. Mekanisme
yang sederhana untuk menghindari kehilangan air, terlihat pada hewan-hewan yang
bergerak seperti kepiting dan anemon. Hewan-hewan tersebut memiliki bentuk
morfologi seperti memiliki alat gerak yang baik untuk melakukan pergerakan yang
cepat, serta struktur tubuh yang ditutupi oleh zat kapur yang cukup kuat.
b) Pemeliharaan
Keseimbangan Panas
Organisme
intertidal juga mengalami keterbukaan terhadap suhu panas dan dingin yang
ekstrim dan memperlihatkan adaptasi tingkah laku dan struktur tubuh untuk
menjaga keseimbangan panas internal. Contohnya pada siput dan kerang-kerangan.
Ketika pasang, maka siput tersebut akan mengeluarkan badannya dari cangkang
untuk melakukan aktivitas. Sedangkan ketika keadaan surut yang mengakibatkan
keberadaan siput tersebut terendah dengan mendapatkan suhu lingkungan yang
ekstrim, maka tubuhnya akan dimasukkan ke dalam cangkang untuk tetap
mempertahankan suhu tubuhnya yang stabil.
c) Tekanan
Mekanik
Gerakan ombak
mempunyai pengaruh yang berbeda pada pantai berbatu dengan pantai yang berpasir.
Untuk mempertahankan posisi menghadapi gerakan ombak, organisme intertidal
telah membentuk beberapa adaptasi.
d) Pernapasan
Diantara hewan
intertidal terdapat kecnderungan organ pernapasan yang mempunyai tonjolan ke
dalam rongga perlindungan untuk mencegah kekeringan. Hal ini dapat terlihat
jelas pada berbagai moluska, dimana insangnya terdapat pada ronggamantel yang
dilindungi cangkang. Contoh hewan ini Bivalvia.
e) Cara
Makan
Pada waktu
makan, seluruh hewan intertidal harus mengeluarkan bagian-bagian berdaging dari
tubuhnya. Karena itu seluruh hewan intertidal hanya aktif jika pasang naik dan
tubuhnya terendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh hewan (herbivora,
karnivora, pemakan bahan-bahan tersaring, dan pemakan detritus).
f) Reproduksi
Kebanyakan
organisme intertidal hidup menetap atau bahkan melekat. Sehingga dalam
penyebarannya mereka menghasilkan telur atau larva yang terapung bebas sebagai plankton. Hampir
semua organisme mempunyai daur perkembangbiakan yang seirama dengan munculnya
arus pasang surut tertentu, seperti misalnya pada waktu pasang purnama.
E.
Organisme Laut
Organisme laut berdasarkan tempat
hidup dan cara hidupnya, dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Plankton
Plankton terdiri
atas mikroorganisme laut yang terdiri atas fitoplankton ( tumbuh-tumbuhan air
yang berukuran kecil, melayang-layang diair dan merupakan organisme laut yang
menjadi makanan utama bagi ikan-ikan laut yang berukuran sedang dan kecil.
Mampu membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis. Contohnya Alga,
Dinophysis, Navicula) dan zooplankton (sebuah koloni yang terdiri dari berbagai
jenis-jenis hewan kecil yang sangat banyak jumlahnya. Contohnya Copepoda,
Tomopteris, Arrow wori).
Disamping
menjadi makanan utama ikan, tumpukan bangkai plankton di laut dangkal juga
merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak
bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka wakturibuan bahkan jutaan
tahun.
2.
Nekton
Nekton adalah
organisme laut yang dapat bergerak sendiri, yang berenang bebas dalam air laut.
Misalnya ikan-ikan laut, reptil laut, mamalia laut, dan cumi-cumi. Nekton merupakan organisme
laut yang bermanfaat bagi manusia terutama untuk perbaikan gizi dan peningkatan
ekonomi. Tumpukan bangkai nekton merupakan bahan dasar bagi terbentuknya
mineral laut.
3.
Neuston
Neuston adalah organisme
yang hidup didasar laut baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa
contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, dan cambuk laut.
4.
Perifiton
Perifiton adalah
hewan atau tumbuhan yang melekat pada batang, akar, daun, atau oada permukaan
benda lain.
5.
Bentos
Bentos adalah organisme yang senang
hidup di dasar laut atau pantai berlumpur, seperti bintang laut,
bernakel,anemon laut, dan kepiting.
F.
Manfaat Pasang Surut
Air Laut
Peristiwa pasang surut air laut
bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut :
1.
Pembuatan garam
2. Persawahan
pasang surut
3. Berlayar
atau berlabuhnya kapal di dermaga
4. Pembangkit
Listrik Tenaga Pasang Surut (PLTPS)
5.
Penggerak generator
listrik